0
Recent
Home Ads
Advertisement
Categories
Tags
Facebook
banner image
Popular Posts
Recent Posts
banner image

Pages

Random Posts
randomposts
Recent Posts
recentposts
Recent Posts
recentposts
About Me
banner image

Popular Posts

Home  ›  Kesehatan  ›  Pengobatan

Kenapa Harus Thibbun Nabawi?

"Berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seseorang tidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu. Dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan sakitnya, tetapi kepada Dzat yang memberikan penyakit dan menurunkan obatnya sekaligus, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala."


Thibbun Nabawi - Selamat malam sobat Thibbun Nabawi dimanapun berada? Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Di artikel sebelumnya admin sudah membahas apa itu pengertian dari Thibbun Nabawi. Kali ini yang akan kita bahas adalah kenapa harus kembali ke Thibbun Nabawi? Kenapa?

Sebelum kita membahasnya lebih dalam, kita harus tahu beberapa dasar hukum yang dipakai Thibbun Nabawi. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya:
"Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan untuk penyakit itu obatnya.” (HR. Bukhari no. 5678 dan Muslim, dari Abu Hurairah)"
"Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan pula obatnya bersamanya. (Hanya saja) tidak mengetahui orang yang tidak mengetahuinya dan mengetahui orang yang mengetahuinya.” (HR. Ahmad 1/377, 413 dan 453.)"
"Setiap penyakit ada obatnya. Maka bila obat itu mengenai penyakit akan sembuh dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim no. 5705)"
"Barangsiapa berpura-pura jadi thabib (dokter) sedangkan ia tidak tahu mengenal pengobatan, maka dia harus bertanggung jawab (jika terjadi mala praktik)." (HR. Ibnu Majah no.3457 dan Abu Daud no.3971)"
Dari beberapa hadits-hadits di atas bahwa Setiap Penyakit itu ada Obatnya.

Sekarang ini pengobatan Thibbun Nabawi sudah banyak yang melupakannya. Bahkan sudah banyak yang meninggalkannya. Karen sudah tercuci otaknya dengan pengobatan yang dikembangkan oleh orang-orang Barat.

Al-Qur`anul karim dan As-Sunnah yang shahih sarat dengan beragam penyembuhan dan obat yang bermanfaat dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga mestinya kita tidak terlebih dahulu berpaling dan meninggalkannya untuk beralih kepada pengobatan kimiawi yang ada pada masa sekarang ini.

Karena itulah Al-Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata: “Sungguh para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan bahan makanan maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi). Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan beralih memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan: ‘Setiap penyakit yang bisa ditolak dengan makanan-makanan tertentu dan pencegahan, janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan’.”

Ibnul Qayyim juga berkata: “Berpalingnya manusia dari cara pengobatan nubuwwah seperti halnya berpalingnya mereka dari pengobatan dengan Al-Qur`an, yang merupakan obat bermanfaat.” (Ath-Thibbun Nabawi, hal. 6, 29) 

Dengan demikian, tidak sepantasnya seorang muslim menjadikan pengobatan nabawiyyah sekadar sebagai pengobatan alternatif. Justru sepantasnya dia menjadikannya sebagai cara pengobatan yang utama, karena kepastiannya datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat lisan Rasul-Nya S.A.W. Sementara pengobatan dengan obat-obatan kimiawi kepastiannya tidak seperti kepastian yang didapatkan dengan thibbun nabawi. Pengobatan yang diajarkan Nabi S.A.W diyakini kesembuhannya karena bersumber dari wahyu. Sementara pengobatan dari selain Nabi kebanyakannya dugaan atau dengan pengalaman/ uji coba. (Fathul Bari, 10/210)

Berkaitan dengan kesembuhan suatu penyakit, seseorang tidak boleh bersandar semata dengan pengobatan tertentu. Dan tidak boleh meyakini bahwa obatlah yang menyembuhkan sakitnya, tetapi kepada Dzat yang memberikan penyakit dan menurunkan obatnya sekaligus, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana perkataan Nabi Ibrahim tentang Tuhannya:
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (Asy-Syu’ara`: 80)
Demikian penjelasan kenapa kita harus kembali ke Thibbun Nabawi. Karen sumbernya yang memang dari seseorang yang dikasihi Allah SWT. Lantas kenapa kita yang mengaku-aku sebagai umatnya tidak mau mengamalkannya.

Salam Thibbun Nabawi

Post a Comment
Search
Menu
Theme
Share
Additional JS